Malam ini ditemani sebuah gelas yang berisikan kopi hitam yang agak lumayan pahit, sambil berbincang - bincang mengenai Machiavelli. Machiavelli
atau nama aslinya Niccolo Machiavelli juga di sebut sebagia tokoh Realis, dia
lahir pada zaman Renaisans dari seorang pengacara kaya Italia pada tahun 1469. Pemikiran
Machiavelli jarang sekali kita temukan dukungan moral di dalamnya. Machiavelli beruntung
karena bukan hanya mendapatkan pendidikan tinggi, melainkan juga posisi dalam
pemerintahan kota Florence. Karirnya sebagai penasihat politik berakhir tragis ketika
Florance dikuasai keluarga Medici yang memusuhinya dan sempat menjebloskannya
ke penjara selama setahun. Tapi setelah dia bebas, machiavelli mengasingkan
dirinya ke pinggir kota untuk menulis dan merenungkan hasil-hasil pengalamanya.
Dalam pengasinganya dia menghasilkan dua buku yang sangat termasyur, yaitu Sang
Pangerang terbit 1532 dan Diskursur Tentang Sepuluh Buku Pertama Dari Titus
Livius, juga terbit 1531. Dan mamungkin tak banyak mengetahui bahwa Machiavelli
juga menuliskan tentang komedi.
Dalam
hal kemampuannya dalam mengkonstruksi negara, Machiavelli tak ada tandingannya
bahkan dia mengatakan bahwa Negara jangan sampai dikuasai agama, sebaliknya
negaralah yang harus menguasai agama. Agama baginya penting jika dibutuhkan
atau memberikan dampak positif terhadap kita misalnya agama di gunakan untuk meninabobokan
rakyat atau meningkatkan patriotisme masyarakat. Karena bagi Machiavelli
beranggapan bahwa Manusia adalah mahluk yang di kendalikan oleh kepentingan
diri, manusia adalah mahluk irasional yang tingkah lakunya di ombang ambingkan
oleh emosinya.
Dalam
konsep kepemimpinan yang dia rumuskan yaitu bahwa seorang penguasa atau
pemimpin harus bisa membentuk opini umum yang bisa mengendalikan tingkah laku
warganya. Untuk memperkokoh kekuasaan penguasa haruslah mampu memobilisasi
nafsu-nafsu rendah mereka yang ingin dikuasainya demi maksudnya sendiri. Bahkan
ketika berbicara tentang strategi perang Machiavelli beranggapan di dalam
sebuah perangpun, seorang penguasa dianjurkan bersikap realis yaitu memihak
kepada kubu yang paling kuat agar kita mendapatkan bagian maksimal dalam
pampasan perang. Penguasa yang cerdikpun bagi Machiavelli adalah penguasa yang
menyingkirkan orang-orang yang potensial menjadi saingannya sebagai gantinya
dia akan menempatkan orang-orang yang mematuhinya di sekitarnya.
Jika
ajaran Machiavelli dianggap normatif. Dia tidak berbicara tentang apa yang
seharusnya ada, tetapi melainkan apa yang nyatanya ada dalam politik. Bahwa moralitas
dapat diperhatikan dalam kekuasaan hanya sejauh ia berguna untuk kekuasaan. Seorang
pemimpin yang ingin menegaskan dirinya haruslah mampu bertindak jahat atau
tegas jika itu di perlukan. Dengan cara ini Machiavelli membenarkan segala cara
untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan, entah lewat kekerasan militer,
propaganda yang menipu atau bahkan peperangan jika itu di perlukan.
0 komentar:
Posting Komentar